BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Minat seringkali diartikan sema dengan perhatian ataupun kesenangan. Namun tidak berarti ketiga kata tersebut memiliki pengertian yang sama. Hanya saja ketiganya memiliki kaitan yang erat. Selain itu minat juga berkaitan dengan kebutuhan motivasi. Kelima konsep inilah yang akan dibahas dalam makalah ini.
Dalam mengembangkan minat positif anak maka diperlukan sumber yang jelas mengenai proses perkembangan minat anak tersebut. Selain itu ciri-ciri minat anak sangat penting untuk diketahuiagar dapat menyusun program pengembangan minat anak yang efektif, serta mempunyai kebijakan untuk menentukan kearah mana minat tersebut akan berkembang. Hal tentu perlu menggunakan metode atau cara yang cocok atau sesuai.
Seringkali orang tua maupun guru menghadapi anak yang tidak mempunyai m inat dalam hak belajar atau sekolah, namun hal tersebut tidak dapat dipahami dan dipikirkan jalan keluarnya.
Hal tersebut harus menjadi koreksi bagi orang tua dalam mengawasi anaknya sehingga jangan sampai mengandung efek bahaya. Bahaya-bahaya tersebut harus dikenali dan dioprediksi serta diidentifikasi oleh orang tua dan guru sehingga dapat menghindarinya dari sianak.
B. STANDAR KOMPETENSI
1. Memahami pengertian minat
2. Memahami konsep minat dan keterkaitannya.
3. Memahami ciri-ciri dan minat umum anak
4. Memahami minat anak pada sekolah
5. Memahami bahaya-bahaya dalam perkembangan minat anak
6. Memahami cara mengembangkan minat pada anak
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu minat?
2. Bagaimanakah konsep minat dan keterkaitannya?
3. Bagaimanakah ciri-ciri dan minat umum anak ?
4. Bagaimanakah minat anak dalam sekolah?
5. Apa-apa sajakah bahaya yang ada dalam perkembangan minat anak?
6. Bagaimanakah cara mengembangkan minat pada anak?
D. TUJUAN
1. Mampu memahami pengertian minat.
2. Mampu memehami konsep minat dan keterkaitannya.
3. Mampu mengetahui ciri-ciri dan minat umum anak.
4. Mampu memahami minat anak pada sekolah.
5. Mampu memahami bahaya-bahaya yang ada dalam perkembangan minat anak.
6. Mampu memahami cara mengembangkan minat pada anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Minat menurut para ahli
Pengertian minat menurut bahasa dan para ahli
1. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
2. Abdul Rahman Shaleh mendefinisikan secara sederhana, minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi objek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang
3. Menurut Dr. Zakiah Dradjat, dkk “minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap kejurusan suatu hal yang berharga bagi orang. Sesuatu yang berharga bagi seseorang adalah sesuai dengan kebutuhan
4. Menurut Decroly, minat itu adalah pernyataan suatu kebetulan yang tidak terpenuhi. Kebutuhan itu timbul dari dorongan hendak memberi kepuasan kepada suatu instink. Minat anak terhadap benda-benda tertentu dapat timbul dari berbagai sumber antara lain perkembangan instink dan hasrat, fungsi-fungsi intelektual, pengaruh lingkungan, pengalaman, kebiasaan, pendidikan dan sebagainya.
5. Menurut Whitherington, minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu subyek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya. Minat, menurut Slameto (1991 : 182), adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu dari luar diri. Semakin kuat atau dekat dengan hubungan tersebut, semakin besar minat.
6. Drs. H.Abu Ahmadi, berpendapat minat adalah sikap jiwa orang seorang termasuk emosi, yang tertuju pada sesuatu, dan dalam hubungan itu unsur perasaan yang terkuat. Muhibbin Syah, M,Ed. Berpendapat secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegiatan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu proses kejiwaan yang bersifat abstrak yang dinyatakan oleh seluruh keadaan aktivitas, ada objek yang dianggap bernilai sehingga diketahui dan dinginkan. Sehingga proses jiwa menimbulkan kecenderungan perasaan terhadap sesuatu, gairah atau keinginan terhadap sesuatu. Bisa dikatakan pula bahwa minat menimbulkan keinginan yang kuat terhadap sesuatu. Keinginan ini disebabkan adanya rasa dorongan untuk meraihnya, sesuatu itu bisa berupa benda, kegiatan, dan sebagainya baik itu yang membahagiakan ataupun menakutkan
1. Konseptualisasi Minat dan Beberapa Konsep Terkait
Dalam kamus besar bahasa indonesia dijelaskan bahwa minat merupakan perhatian, kesukaan, kecendrungan hati. Sedangkan Hurlock menyatakan bahwa minat adalah sesuatu yang mana anak mengidentifikasikan keberadaan pribadinya.
Dari dua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya minat adalah kecendrungan yang berlangsung lama pada suatu objek yang didasari atas perasaan tertarik, senang yang muncul dari dalam diri bukan karena faktor internal.
Minat anak sangat berkaitan dengan konsep kesenagan, perhatian, kebutuhan dan motivasi. Hal ini akan dikemukakan sebagai berikut:
A. Minat dan Kesenangan
Minat berbeda dengan kesenagan. Kesenangan merupakan minat yang berlangsung sementara. Kedua hal ini berbeda bukan dalam hal kualitasnya melainkan dalam hal ketetapannya.
B. Minat dan Perhatian
Perhatian dapat kita definisikan sebagai karekteristik yang selektif dalam kehidupan mental. Atau dapat dikatakan, bahwa perhatian adalah aktifitas mental yang berasal dari rangsangan lingkungan dan tertuju pada suatu objek tertentu. Minat dan perhatian sangatlah berbeda hanya saja keduanya mempunyai keterkaitan yaitu, perhatian yang tinggi/besar sangatlah mengarah keminat.
Macam-macam jenis perhatian adalah:
1) Perhatian spontan dan disengaja
2) Perhatian statis dan dinamis
3) Perhatian konsentratif dan distributif
4) Perhatian sempit dan luas
5) Perhatian fiktif dan fluktuatif
Berdasarkan jenis atu macam jenis perhatian diatas, dapat dikatakan bahwa jenis perhatian lebih mudah berubah menjadi minat jika dilakukan dengan sengaja. Kerena hal tersebut timbul akibat dorongan dan kemauan yang mempunyai tujuan tertentu.
C. Minat dan Kebutuhan
Minat sangat berkaitan dengan kebutuhan karena minat berfungsi sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang dirasakan seseorang.
Ada beberapa kebutuhan yang diungkapkan oleh Moslow yang disebut dengan Being Values, yaitu:
a) Sifat menyeluruh, kesatuan dan terintegrasi
b) Kesempurnaan atau ketepatan
c) Keserasian dan keadilan
d) Penyelesaian atau finalitas
e) Keadilan atau keteratutran
f) Sifat hidup atau pengaturan hidup
g) Sifat kaya
h) Kesederhanaan
i) Keindahan
j) Kebaikan
k) Keunikan
l) Tanpa kesukaran
m) Penuh permainan
n) Kebenaran, kenyataan dan kejujuran dan merasa cukup.
Sesuai dengan kebutuhan dan kaitannya dengan minat maka dapat disimpulkan bahwa minat merupakan alat untuk memuaskan kebutuhan. Kebutuhan muncul dalam diri seseorang sesuai dengan arah kecendrungan minatnya.
D. Minat dan Motivasi
Motivasi merupakan sesuatu hal yang membangkitkan, mempertahankan, mengelola dan membawa tingkah laku pada suatu tujuan tertentu. Minat merupakan unsur psikologis yang menjadi sumber motivasi. Minat mendorong(memetivasi) seseorang dalam bertindak dan berbuat sesuai arah minatnya.
Antara kebutuhan, minat dan motivasi terdapat hubungan yang erat. Minat muncul karena rasa kebutuhan dan kebutuhan menuntut adanya pemuasan. Pemuasan ini diperoleh dari perbuatan (aktualisasi) minat, minat inilah yang akhirnya memotivasi seseorang untuk berbuat sesuatu.
2. Perkembangan Minat, Ciri-Ciri Minat, dan Minat Umum pada Anak
A. Perkembangan Minat
Minat merupakan hasil dari pengalaman belajar, baik minat dalam aspek kognitif maupun dalam aspek afektif. Pengalaman di peroleh anak dari lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat, serta dari beragam media massa. Dari lingkungan-lingkungan tersebut anak belajar tentang lingkungan mana yang dapat memuaskan kebutuhannya dan lingkungan mana yang tidak dapat memuaskan. Yang memuaskan akan berkembang menjadi minat, sedangkan yang tidak memuaskan, akan menghambat perkembangan menjadi minat.
Aspek afektif dari minat atau bobot perasaan danemosional dari minat adalah sikap. Aspek afektif dari minat seringkali lebih berperan penting daripada aspek kognitif minat. Ada dua alas an yang dikemukakan oleh Harlock (1978), yaitu pertama, aspek afektif lebih memotivasi tindakan daripada aspek kognitif. Kedua, aspek afektif dari minat cenderung lebih bertahan lama daripada aspek kognitif.
Menurut Harlock (1978), minat dipelajari melalui tiga jenis pengalaman, yaitu melalui belajar coba ralat, belajar melalui identifikasi, dan melalui bimbingan dan pengarahan.
B. Ciri-ciri minat
a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental
Minat juga berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental, contohnya perubahan minat karena perubahan usia.
b. Minat tergantung pada persiapan belajar
Kesiapan belajar merupakan salah satu faktor penyebab meningkatnya minat. Seseorang tidak akan mempunyai minat sebelum mereka siap secara fisik maupun mental.
c. Minat bergantung pada kesempatan belajar
Minat anak-anak maupun dewasa bergantung pada kesempatan belajar yang ada, sebagian anak kecil lingkungannya terbatas pada rumah, maka minat mereka tumbuh di rumah. Dengan pertumbuhan di lingkungan sosial mereka menjadi tertarik pada minat orang di luar rumah yang mereka kenal.
d. Perkembangan minat mungkin terbatas
Hal ini disebabkan oleh keadaan fisik yang tidak memungkinkan. Seseorang yang cacat fisik tidak memiliki minat yang sama pada olah raga seperti teman sebayanya yang normal. Perkembangan minat juga dibatasi oleh pengalaman sosial yang terbatas.
e. Minat dipengaruhi oleh pengaruh budaya
Kemungkinan minat akan lemah jika tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai oleh kelompok budaya mereka.
f. Minat berbobot emosional
Minat berhubungan dengan perasaan, bila suatu objek dihayati sebagai sesuatu yang sangat berharga, maka timbul perasaan senang yang akhirnya diminatinya. Bobot emosional menentukan kekuatan minat tersebut, bobot emosional yang tidak menyenangkan melemahkan minat dan sebaliknya, bobot emosional yang menyenangkan menguatkan minat.
g. Minat dan egosentris
Minat berbobot egosentris jika seseorang terhadap sesuatu baik manusia maupun barang mempunyai kecenderungan untuk memilikinya.
3. Minat Anak pada Sekolah
Minat pada anak kecil ditandai oleh keinginan untuk sekolah. Dalam pandangan anak, pergi ke sekolah berarti “menjadi besar.” Jadi, sekolah merupakan lambang status bagi anak. Naik turunnya minat pada anak, bersifat individual (berbeda antara satu anak dengan anak lainnya). Ada anak yang menunjukkan kebertahanan minat tinggi sampai pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi, namun ada anak yang menunjukkan kebosanan, sehingga enggan pergi sekolah.
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi minat anak pada sekolah. Dapat diketahui berikut ini.
1) Pengalaman dini sekolah
Anak yang memasuki sekolah telah ”siap” dengan anak yang ”tidak siap”, akan berbeda. Anak yang telah siap dan mempunyai pengalaman belajar-bermain yang menyenangkan di dalam kelompok belajar Taman Kanak-Kanaknya, akan mudah menyesuaikan diri dengan situasi sekolah, dan bersikap positif terhadap sekolah. Sementara anak yang tidak siap akan mengalami kesulitan menyesuaikan diri, merasakan sekolah sebagai suatu lingkungan yang menekannya, sehingga ia bersikap negatif terhadap sekolah.
2) Pengaruh orang tua
Orang tua mempengaruhi sikap anak terhadap sekolah, guru, kegagalan dan kesuksesan prestasi, optimalisasi potensi. Orang tua yang mempersiapkan anak sebelum memasuki sekolah, akan memudahkan penyesuaian diri anak. Setelah sekolah, orang tua mempengaruhi minat belajar anak melalui sikap terhadap keberhasilan dan kegagalan anak di sekolah. Sikap orang tua yang memahami kekurangan anak, kemudian memberi dorongan untuk terus berprestasi, akan menentramkan anak. Sebaliknya, orang tua yang terlalu menuntut anak untuk berprestasi, dapat membebani anak, sehingga anak menerima pengalaman buruk tentang sekolah.
3) Sikap teman sebaya
Teman sebaya mempengaruhi anak antara lain melalui penerimaan dan penolakan teman sebaya terhadap diri anak. Untuk dapat diterima oleh teman sebayanya, maka anak harus belajar menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dan minat yang dianut oleh kelompok, misalnya minat dalam mengisi waktu istirahat di sekolah, memilih minat kegiatan ekstra kurikuler. Anak yang tidak dapat menyesuaikan diri atau tidak mampu terlibat ikut serta sebagaimana teman-temannya di dalam kelompok kegiatan, maka anak tersebut tidak tertarik dan kemungkinan mengundurkan diri dari lingkungan yang tidak menyenangkannya tersebut.
4. Keberhasilan akademik
Prestasi akademik yang tinggi menumbuhkan minat anak pada lingkungan sekolah, dan sebaliknya prestasi akademik yang rendah, menimbulkan perasaan tidak senang di lingkungan kelompok/sekolah dimana anak berprestasi rendah. Kegagalan anak untuk naik kelas, dapat mengakibatkan anak menghindari lingkungan dan mengurangi minat sekolahnya.
5. Hubungan guru dengan murid
Interaksi guru terhadap murid yang menunjukkan keramahan, kehangatan, kasih sayang, akan menumbuhkan minat sekolah yang tinggi.
6. Suasana emosional di sekolah
Suasana sekolah yang terdiri dari kondisi fasilitas fisik, para guru, pembimbing sekolah, wali kelas, pegawai, kepala sekolah, yang menyenangkan, memberi rasa nyaman, tidak otoriter maupun tidak penuh kebebasan, melainkan demokratis yang terpimpin, merupakan lingkungan emosional yang baik untuk minat sekolah dan minat belajar anak yang tinggi.
2. Pengaruh Minat terhadap Sekolah
Siswa yang tertarik dan/atau berminat pada sekolah baik dalam kegiatan belajar, dalam hubungan dengan guru beserta personil sekolah lainnya, dalam menerima keterampilan guru mengajar dan mendidik, menjalani kondisi fisik sekolah, dan mengikuti program-program kegiatan sekolah, maka siswa akan menunjukkan perilaku positif terhadap sekolah. Siswa akan tampak bahagia dan nyaman di sekolah, menghabiskan waktunya yang banyak di sekolah, mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler, menghormati para guru dan personil sekolah lainnya, mematuhi disiplin sekolah, aktif dalam mengikuti pelajaran, dan bangga akan sekolahnya.
3. Metode Menemukan Minat Anak
Untuk menemukan minat yang lebih akurat, yakni bukan sekadar menemukan kesenangan, maka penemuan minat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu metode. Beberapa cara/metode menemukan minat anak dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Mengamati kegiatan yang dilakukan oleh anak
Dalam mengamati kegiatan yang dilakukan oleh anak, akan diketahui arah minat anak berdasarkan frekuensi melakukan dan intensitasnya. Intensitas dapat diketahui melalui lamanya waktu yang digunakan oleh anak, kesungguhan menghadapi tantangan dalam perbuatan sesuai minatnya, dan tingkat ketidak bosanannya.
2) Pertanyaan yang diajukan oleh anak.
Bila anak terus menerus bertanya mengenai sesuatu, hal ini mengindikasikan bahwa minat anak pada hal tersebut lebih besar daripada minatnya pada hal yang hanya sekali-sekali ditanyakan.
3) Pokok pembicaraan anak
Hal yang dibicarakan anak dengan orang dewasa atau teman sebaya memberi petunjuk mengenai minat mereka dan seberapa kuatnya minat tersebut.
4) Pilihan bahan bacaan anak
Dalam kondisi dimana anak bebas memilih buku untuk dibaca, maka minat anak dapat diidentifikasi melalui pilihan topik yang dipilihnya.
5) Menggambar spontan.
Apa yang digambar atau dilukis anak secara spontan dan seberapa sering mereka mengulangnya akan memberi petunjuk tentang minat mereka terhadap sesuatu.
6) Keinginan.
Bila ditanyakan kepada anak mengenai apa yang ia inginkan bila mereka dapat memperoleh apa saja yang mereka inginkan, maka kebanyakan anak dengan jujur akan menyebut hal-hal yang paling diminati. Dengan demikian, jawaban anak mencerminkan arah minat mereka.
7) Laporan mengenai apa saja yang diminati.
Bila ditanya untuk menyebut atau menulis tiga benda atau kegiatan yang paling diminati oleh anak, maka jawaban anak ini merupakan petunjuk tentang hal yang disenanginya dan arah minatnya.
4. Bahaya-Bahaya Dalam Perkembangan Minat
Bahaya umum berkenaan dengan perkembangan minat anak, penting dipahami agar guru/orang tua terhindar dari perbuatan menemukan, mengembangkan minat yang salah. Kesalahan dapat terjadi pada: 1. Kecenderungan menginterpretasikan kesenangan sebagai minat, 2. Pengaruh teman sebaya terhadap minat, 3. Minat anak yang berbeda dari minat teman sebaya, dan 4. Minat anak yang tidak realistis. Penjelasan dikemukakan berikut ini.
1. Menginterpretasikan kesenangan sebagai minat
Kegiatan anak melakukan sesuatu dalam waktu yang lama disebabkan oleh beberapa faktor seperti mengisi waktu luang yang panjang, tidak ada kegiatan lain yang lebih menarik, karena alasan sedang menjadi mode. Alasan-alasan ini tidak berarti bahwa kegiatan yang dilakukan oleh anak adalah kegiatan yang diminatinya, melainkan suatu kegiatan yang disenanginya, yang tidak akan bertahan lama sebagaimana suatu minat.
Kesalahan orang tua menginterpretasikan kesenangan sebagai minat mengakibatkan orang tua cenderung melengkapi kebutuhan anak untuk perkembangan kesenangan, sehingga anak menjadi terfokus pada bidang yang sesungguhnya tidak menjadi minatnya. Hal ini juga berarti bahwa penemuan minat anak yang sebenarnya, menjadi kekurangan kesempatan.
Pada sisi anak, anak menjadi sulit untuk ke luar dari pemfokusan kegiatan kesenangan yang telah dilakukan, karena ia tidak ingin mengecewakan orang tua yang telah memfasilitasi dengan berbagai fasilitas atau ia tidak ingin dipandang sebagai anak yang tidak stabil pada pilihan minatnya. Pada akhirnya anak berusaha mempertahankan perasaan bosan pada kesenangan sementara yang telah diinterpretasikan sebagai minat tersebut. Perasaan bosan menjadi tekanan bagi anak, sehingga menimbulkan frustasi.
2. Pengaruh teman sebaya pada minat
Ada kecenderungan bahwa anak menyesuaikan diri dengan teman sebaya mereka, terutama pada anak usia remaja. Pada anak usia SD, adakalanya hal ini terjadi. Hal yang tidak diinginkan, apabila anak mengikuti kesenangan atau kebiasaan teman sebaya yang buruk, misalnya minat belajar yang rendah. Dapat pula anak mengikuti kegiatan teman yang tidak disukainya, namun agar ia merasa bagian dari kelompoknya, ia terpaksa mengikuti minat kelompok.
3. Minat yang berbeda dari minat teman sebaya
Dapat terjadi bahwa penerimaan terhadap anak di kalangan teman sebayanya dipengaruhi oleh arah kesenangan atau arah minat yang sejalan atau sama. Jika minat seorang anak sangat berbeda dari teman-teman sebayanya, khususnya dalam gangnya, maka hal ini dapat menimbulkan penolakan. Misalnya, sekelompok anak dalam satu gang menyenangi olahraga bola kaki, tetapi seorang anak kurang menyukai dan kurang terampil pada kegiatan olahraga bermain bola kaki. Sebaliknya, ia senang membaca buku-buku pelajaran, termasuk membaca komik cerita silat. Kesenangan yang berbeda tersebut, membuat anak jarang diajak bermain bersama teman gangnya, kalaupun ia ikut, hanya berperan sebagai penonton. Keadaan ini membuat anak mengalami kesulitan penyesuaian pribadi dan sosial di lingkungan gangnya (anak merasa inferior), dan akhirnya ia akan mengundurkan diri dari kelompoknya yang tidak sejalan dalam kesenangan tersebut.
4. Minat yang tidak realistis
Tidak jarang dijumpai keadaan dimana bayangan anak berbeda jauh dengan kenyataan yang dihadapinya. Misalnya, anak mengharapkan sekolah maupun orangtua merupakan tempat ia bertanya apabila menemui kesulitan dalam memahami pelajaran-pelajaran sekolah. Kenyataan yang dihadapi, guru kurang memberi penjelasan karena keterbatasan waktu guru di sekolah dan orangtua selalu sibuk dengan kegiatannya, sehingga mereka tidak bisa membantu menyelesaikan kesulitan yang dihadapi oleh anak. Keadaan ini mengakibatkan minat anak untuk belajar menurun, anak menyadari bahwa harapannya untuk memiliki nilai baik di sekolah tidak akan tercapai karena kurangnya dukungan lingkungan, termasuk ketiadaan fasilitas belajar seperti buku-buku pengayaan yang mempermudah pemahaman pelajaran.
5. Bobot emosional yang kurang
Minat anak akan lebih terhambat apabila tidak mendapat dukungan yang cukup pada aspek emosional daripada aspek kognitif. Dapat diilustrasikan sebagai berikut: Anak meminta dibelikan sebuah kalkulator kepada orangtua untuk digunakan dalam menyelesaikan hitungan rumus-rumus matematika. Anak hendak menggunakan kalkulator tersebut untuk mengeksplorasi fungsi-fungsi kalkulator yang lebih kompleks, yang ingin diketahuinya.
5. Mengembangkan Minat Anak
1. Mengembangkan Minat secara Umum:
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu anak melihat bagaimana hubungan antara yang diharapkan diminati dengan kepentingan diri anak. Proses ini berarti menunjukkan pada anak bagaimana suatu minat dapat memenuhi tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya.
Menghadapi minat anak yang belum cukup kuat, guru (pendidik) dan orang tua harus terus berusaha memperkuat minat anak, sehingga minat yang pada mulanya lemah, atau mungkin merupakan minat ekstrinsik (minat yang dikuatkan oleh faktor-faktor di luar diri anak), menjadi minat intrinsik (minat yang berasal dari diri sendiri). Minat intrinsik ditumbuhkan dengan cara menyadarkan anak tentang pentingnya suatu minat.
2. Mengembangkan Minat Sekolah/Belajar:
Upaya orang tua untuk meningkatkan minat belajar anak dapat dilakukan dengan memberi dukungan fisik dan psikologis di. Dukungan fisik diberikan dengan menyediakan tempat belajar anak yang nyaman, menyediakan fasilitas belajar yang cukup seperti buku dan peralatan belajar lain.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Minat adalah kecenderungan yang berlangsung lama terhadap suatu objek atau dalam melakukan sesuatu kegiatan (perbuatan) . yang didasari oleh perasaan tertarik, senang,yang muncul dari dalam diri. Kesenangan adalah ketertarikan afektif pada suatu keadaan atau benda atau kegiatan, yang berlangsung sementara. Kesengan berbeda dari minat dan persistensinya. Perhatian adalah karakteristik yang selktif dari kehidupan mental. Perhatian adalah pemusatan energi psikis pada suatu objek. Perhatian yang besar (kuat) mengarah pada minat. Kebutuhan merupakan keadaan yang membutuhkan pemuasan, kebutuhan ini mendorong munculnya perhatian dan minat. Motivasi adalah faktor dalam organisme yang membangkitkan, mempertahankan, mengelola dan embawa tingkah laku pada suatu tujuan tertentu. Motivasi berkaitan dengan minat, yakni minat merupakan salah satu unsur psikologis yang menjadi sumber motivasi.
Bahaya yang paling umum dalam perkembangan minat adalah interpretasi kesenangan sementara sebagai minat, pengaruh teman sebaya pada minat, minat berdasarkan konsep yang tidak realistis, dan bobot emosional yang tidak positif terhadap minat
Mengembangkan minat anak berangkat dari kebutuhan, ketertarikan anak, bukan dari sisi keinginan orang tua/ guru. Minat dikembangkan sehingga minat menjadi instrinsik. Minat dikembangkan sesuai dengan karakteristik perkembangan anak, tidak membebani anak, dan dikembangkan dengan memperhatikan sistem ganjaran. Merespon anak dengan tepat dalam proses pengembangan minat anak akan meningkatkan gairah anak, sebaiknya respon yang salah akan melemahkan minat anak. Memberi kesempatan yang luas untuk mengeksplorasi diri merupakan cara yang sangat baik untuk mengembangkan minat anak.
B. SARAN DAN KRITIK
Konseptualisasi minat sangat berkaitan erat dengan konsep-konsep lainnya seperti kesenangan, perhatian, kebutuhan dan motivasi. Hal ini harus dapat diperhatikan dengan baik oleh orang tua dan guru sebagai tenaga pengajar. Sehingga minat anak tersebut dapat dikembangkan dengan baik sesuai ciri-ciri minat yang telah dilihat terlebih dahulu. Sehingga minat anak tidak salah arah atau berhaluan dengan yang sebenarnya ia inginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. 2009. Psikologi Umum Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta
Hurlock, E. B. 1978. Perkembangan anak Edisi Keenam. Ahli Bahasa oleh Meitasari Thandrasa. Jakarta: Erlangga
Maslow, A.H. 1984. Motivasi dan Kepribadian. Alih Bahasa oleh Nurul Iman. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo
http://aanborneo.blogspot.com/2012/07/minat-dan-perhatian.html
http://yusinspiration.wordpress.com/2012/03/16/minat-dan-motivasi/
http://idrussardi.blogspot.com/2011/12/konseptualisasi-minat-dan-beberapa.html
Posting Komentar